BAB 1
Pendahuluan
1.Latar
Belakang
Liabilitas dan ekuitas merupakan
perubahan istilah yang mengacu karena adanya konvergensi PSAK yang dulunya
mengacu kepada GAAP (utang dan modal), sekarang sudah mengacu kepada IFRS,
karena GAAP malah membawa krisis besar-besaran di Amerika, karena penggunaan historical cost-nya.
Kedua akun tersebut, merupakan komponen
dari laporan posisi keuangan, yang dulu disebut neraca. Uang kas perusahaan
tentu tidak selalu ada, atau bahkan tidak mencukupi jika harus terus menerus
keluar melakukan aktivitas operasional. Liabilitas menunujukan adanya kewajiban
yang harus dibayar oleh perusahaan, karena adanya manfaat yang diterima, baik
sekarang ataupun baru diterima di masa depan. Namun bagi kreditor , jika
liabilitas tersebut tidak tertagih, tentunya akan menimbulkan kredit macet, dan
akan menghambat arus kas.
Ekuitas memperlihatkan kekuatan dari
perusahaan, karena persamaan dari ekuitas yaitu seluruh aset dikurangi dengan
liabilitas yang ada. Ekuitas sering mengarah kepada kepemilikan saham oleh
investor, dengan adanya kepemilikan tersebut, investor dapat ikut berkontribusi
dalam memajukan perusahaan tersebut. Dengan demikian, tak ayal perusahaan
banyak membeli kembali saham yang telah diterbitkan, karena privasi dari
perusahaan akan terbuka.
Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih
mendalam tentang cabang-cabang dari liabilitas dan ekuitas serta pengukuran dan
pengakuannya, agar mahasiswa tak hanya mengerti dalam meng accrued hutang dan menjurnal
transaksi ekuitas, namun juga paham terhadap esensinya.
2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami menyimpulkan adanya
rumusan masalah sebagai berikut:
- Apa definisi dan penggolongan dari liabilitas?
- Apakah definisi ekuitas dan jenisnya?
- Bagaimana pengungkapan dan pengukran liabilitas dan ekuitas?
3.Tujuan
Penelitian
1. Dapat memahami definisi dari liabilitas serta penggolongannya.
2. Dapat memahami definisi dari ekuitas serta jenisnya.
3. Dapat memahami pengungkapan dan pengukuran liabilitas dan
ekuitas.
BAB 2
Pembahasan
1.Liabilitas
Sulit untuk mendefinisikan apa arti
kewajiban. Sebagai contoh, apakah saham preferen merupakan suatu kewajiban atau
klaim kepemilikan? Reaksi pertama adalah saham preferen sebagai adalah klaim
kepemilikan,dan perusahaan harus melaporkannya bagian dari modal. Pada faktanya
saham preferen mempunyai banyak unsur hutang. Penerbitnya ( dan dalam kasus
pemegangnya) seringkali mempunyai hak untuk menarik saham pada periode waktu
tertentu., membuat serupa dengan pelunasan pokok.
IASB
sebagai bagian kerangka konseptual
mendefinisikan kewajiban sebagai hutang sekarang perusahaan yang timbul
dari kejadian masa lalu, dengan persetujuan dimana hasilnya akan berguna bagi
perusahaan, dan dapat menjadi sumber daya perusahaan. Dengan kata lain, kewajiban
mempunyai 3 karakterisitik yang esensial:
- Hutang sekarang/saat ini
- Timbul karena kejadian masa lalu
- Berupa hasil ( kas, barang, dan jasa)
Pengukuran awal
Dua kategori liabilitas keuangan
1) Kewajiban keuangan yang
diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi
2) Kewajiban lain
Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
Liabilitas keuangan yang
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi adalah liabilitas keuangan yang
memenuhi salah satu kondisi berikut ini:
Diklasifikasikan dalam
kelompok diperdagangkan. Aset keuangan atau liabilitas
keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok
diperdagangkan, yaitu jika:
i.
diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan
dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat;
ii.
pada pengakuan awal merupakan bagian dari portofolio instrumen
keuangan tertentu yang dikelola bersama dan
terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka
pendek (short term profit taking)
yang terkini; atau
iii.
merupakan derivatif (kecuali derivatif yang merupakan kontrak jaminan
keuangan atau sebagai instrumen lindung nilai
yang ditetapkan dan efektif).[1]
Liabilitas lain
Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau
liabilitas keuangan, entitas mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset
keuangan atau liabilitas keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi, nilai wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan
secara langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas
keuangan tersebut.
a.
Pengukuran Liabilitas
Keuangan setelah Pengakuan Awal
Setelah pengakuan awal,
entitas mengukur seluruh liabilitas keuangan pada
biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode
suku bunga efektif, kecuali untuk:
i. liabilitas keuangan yang
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Liabilitas tersebut, termasuk
derivatif yang diakui sebagai liabilitas, diukur pada nilai
wajarnya, kecuali untuk derivatif liabilitas yang
terkait dengan dan diselesaikan melalui penyerahan instrumen
ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar
aktif seperti di atas dan nilai wajarnya tidak dapat diukur
secara andal, diukur pada biaya perolehan.
ii. liabilitas keuangan yang
timbul ketika sebuah transfer aset keuangan tidak
memenuhi syarat penghentian pengakuan atau transfer
yang dicatat menggunakan pendekatan keterlibatan
berkelanjutan. paragraf 29 dan 31 diterapkan dalam
pengukuran liabilitas keuangan tersebut.
iii. kontrak jaminan keuangan
seperti didefinisikan pada paragraf 08. Setelah
pengakuan awal, penerbit kontrak tersebut harus (kecuali
paragraf 47(a) atau (b) berlaku) mengukur pada mana yang
lebih tinggi antara:
a. jumlah yang ditentukan sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi; dan
b. jumlah pada saat
pengakuan awal (lihat paragraf 43) dikurangi, apabila
sesuai, amortisasi kumulatif yang diakui sesuai PSAK 23
(revisi 2010): Pendapatan.
iv.
komitmen untuk menyediakan pinjaman dibawah suku bunga pasar. Setelah
pengakuan awal, penerbit komitmen tersebut harus
(kecuali paragraf 47(a) berlaku) mengukur pada mana yang
lebih tinggi antara:
1. jumlah yang ditentukan
sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi; dan
2. jumlah pada saat
pengakuan awal (lihat paragraf 43) dikurangi, apabila
sesuai, amortisasi kumulatif yang diakui sesuai PSAK 23 (revisi
2010): Pendapatan.[2]
2.Liabilitas
tidak lancar
Liabilitas tidak lancar terdiri dari
pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin di masa depan akibat kewajiban
sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau satu siklus operasi
perusahaan, menurut mana yang lebih lama. Hutang obligasi, wesel bayar jangka
panjang, hutang hipotik, kewajiban pensiun, dan kewajinan lease merupakan
contoh-contoh kewajiban jangka panjang.
Hutang
obligasi
a.
Penerbitan
obligasi
Obligasi yang timbul dari suatu kontrak
dikenal sebagai indenutre obligasi dan merpakan janji untuk membayar:
i.
Sejumlah
uang yang sudah ditetapkan pada tanggal jatuh tempo,
ii.
Bunga
periodik pada tingkat tertentu atas jumlah yang jatuh tempo (nilai nominal)
b.
Jenis dan
peringkat obligasi
i.
Obligasi
berjamin dan tanpa jaminan. Obligasi berjamin didukung oleh janji dari beberapa
orang penjamin. Obligasi hipotik dijamin oleh klaim atas real estate. Obligasi
perwalian kolateral dijamin oleh saham dan obligasi korporasi lain. Obligasi
tanpa jaminan. Junk bond juga merupakan obligasi tanpa jaminan dan sangat
beresiko , sehinga harus membayar suku bunga yang tinggi.
ii.
Obligasi
berjangka, obligasi berseri, dan obligasi yang dapat ditebus. Terbitan obligasi
yang jatuh tempo pada satu tanggal disebut obligasi berjangka, sementara
terbitan yang jatuh tempo dengan serangkaian pembayaran angsuran disebut
obligasi berseri. Obligasi yang dapat ditebus memberikan kepada penerbitnya hak
untuk menebus dan menarik obligasi itu sebelum jatuh temponya.
iii. Obligasi konvertibel, obligasi yang didukung komoditas, dan dengan
diskonto besar. Jika obligasi dapat dikonversi menjadi sekuritas lain milik
korporasi dalam jangka waktu tertentu setelah penerbitannya, maka obligasi ini
disebut obligasi konvertibel. Obligasi yang didukung komoditas dapat ditebus
dalam ukuran komoditas, seperti minyak dalam barel, batubara dalam ton, dan
logam mulia dalam ons. Obligasi dengan diskonto besar dijual pada diskonto yang
memberikan total pembayaran bunga pada saat jatuh tempo kepada pembelinya.
iv. Obligasi terdaftar dan obligasi atas unjuk (kupon). Obligasi
terdaftar adalah obligasi yang diterbitkan atas nama pemilik dan mensyaratkan
penyerahan sertifikat serta penerbitan sertifikat baru untuk menyelesaikan
penjualan. Obligasi atas unjuk atau kupon merupakan kebalikan dari obligasi
terdaftar, yaitu tidak dicatat atas nama pemilik dan dapat ditransfer dari
pemilik satu ke pemilik lainnya cukup dengan penyerahan.
v.
Obligasi
laba dan obligasi pendapatan. Obligasi laba adalah obligasi yang membayar bunga
hanya ketika perusahaan penerbitnya memperoleh laba. Obligasi pendapatan adalah
obligasi yang membayar bunga dari sumber pendapatan tertentu.
Penilaian hutang obligasi
Harga jual obligasi
ditetapkan oleh fenomena umum seperti penawaran dan permintaan dari pembeli
serta penjual, risiko relatif, kondisi pasar, dan keadaan perekonomian.
Masayarakat investasi menilai obligasi pada nilai sekarang dari arus kas masa
depan yang diharapkan, yang terdiri dari :
1.
Bunga
2.
Pokok
suku bunga yang digunakan
untuk menghitung nilai sekarang dari arus kas ini adalah suku bunga yang
memberikan pengembalian atas investasi yang dapat diterima, yang sebanding
dengan karakteristik risiko penerbitnya.
Obligasi
yang diterbitkan pada nilai nominal
Apabila obligasi diterbitkan
pada tanggal pembayaran bunga dengan nilai nominal, maka tidak ada bunga akrual
dan diskonto atau premi yang diakui. Perusahaan dengan mudah mencatat hasil kas
dan nilai nominal obligasi tersebut.
Obligasi
yang diterbitkan dengan diskonto atau premi
Selisih antara nilai nominal
dan nilai sekarang obligasi menetukan harga aktual yang dibayar pembeli untuk
obligasi. Jika obligasi dijual lebih
rendah dari nilai nominalnya, maka obligasi tersebut dijual dengan diskonto,
jika obligasi dijual lebih tinggi dari nominalnya, maka obligasi tersebut
dijual dengan premi.
Suku bunga yang ditulis
dalam persyaratan indenture obligasi dikenal sebagai suku bunga ditetapkan,
kupon, atau nominal. Suku bunga ini yang ditetapkan oleh penerbit obligasi,
dinyatakan sebagai presentase dari nilai nominal, yang disebut juga nilai pari,
jumlah pokok, atau nilai jatuh tempo obligasi tersebut
Wesel bayar jangka panjang
Wesel
bayar jangka panjang memiliki substansi yang sama seperti obligasi di mana
keduanya mempunyai tanggal jatuh tempo yang tetap dan suku bunga yang
ditetapkan atau implisit. Akan tetapi, wesel tidak dapat langsung dijual
seperti obligasi obligasi di pasar sekuritas publik yang terorganisasi.
Akuntasnsi
untuk wesel dan obligasi sangat mirip. Seperti obligasi, wesel juga dinilai pada
nilai sekarang dari arus kas bunga dan pokok di masa depan, di mana setiap
premi dan diskonto diamortisasi dengan cara yang sama selama umur wesel
tersebut.
i. Wesel
diterbitkan pada nilai nominal
ii. Wesel
tidak diterbitkan pada nilai nominal
Wesel bayar dalam Situasi khusus
Apabila instrumen hutang dipertukarkan dengan
properti, barang, atau jasa dalam satu transakasi pertukaran istimewa, maka
suku bunga ditetapkan dianggap layak kecuali jika :
i.
Tidak
ada suku bunga yang ditetapkan
ii.
Suku
bunga yang ditetapkan tidak layak
iii.
Jumlah
nominal yang ditetapkan dari instrumen hutang itu secara material berbeda
dengan harga jual tunai berjalan atas barang yang sama atau serupa atau dari
nilai pasar berjalan instrmen hutang itu.
Dalam situasi ini, nilai sekarang dari instrumen
hutang diukur menurut nilai wajar properti, barang, atau jasa atau menurut
jumlah yang secara layak mendekati nilai wajar wesel itu. Jika tidak ada suku
bunga yang ditetapkan, maka suku bunga adalah selisih antara nilai nominal
wesel dan nilai wajar properti
Wesel bayar hipotik
Bentuk paling
umum dari wesel bayar jangka panjang adalah wesel bayar hipotik. Wesel bayar
hipotik adalah wesel promes yang dijamin dengan suatu dokumen yang disebut
hipotik yang menggadaikan hak atas properti sebagai jaminan pinjaman. Wesel
bayar hipotik lebih sering digunakan oleh perusahaan perorangan dan persekutuan
dari pada korporasi.
Peminjam biasanya menerima kas dalam
jumlah nominal wesel hipotik, di mana jumlah nominal wesel itu merupakan
kewajiban yang sebenarnya dan tidak ada diskonto atau premi yang terlibat.
Permasalahan
Khusus berkaitan dengan Liabilitas Non-lancar
Pelaporan liabilitas non-lancar merupakan salah satu
daerah kontroversial dalam laporan keuangan. karena liabilitas non-lancar
memiliki dampak signifikan pada arus kas dalam perusahaan, laporan disyaratkan
untuk memenuhi aspek substantive dan informative. Terdapat empat permasalahan
pelaporan yang berkaitan dengan liabilitas non-lancar, yaitu:
1. Pelunasan
liabilitas non-lancar
2. Opsi
nilai wajar
3. Pembiayaan
di luar laporan keuangan
4. Penyajian
dan analisis.
Pelunasan
liabilitas non-lancar.
Jika perusahaan menahan obligasi hingga jatuh tempo,
maka perusahaan tidak menghitung keuntungan atau kerugian. Hal itu akan
menyebabkan premi atau diskonto dan biaya penerbitan obligasi sepenuhnya
teramortisasi pada tanggal obligasi jatuh tempo. Hasilnya, nilai pari, nilai
jatuh tempo, dan nilai wajar dari oblligasi adalah sama. Sehingga tidak ada
keuntungan atau kerugian yang diperoleh. Kondisi inilah yang disebut Pelunasan
Liabilitas Non-Lancar.
Terdapat tiga keadaan pelunasan hutang yang umum,
yaitu:
1. Pelunasan
dengan kas sebelum jatuh tempo
2. Pelunasan
dengan mentransfer asset atau sekuritas
3. Pelunasan
dengan modifikasi persyaratan.
1. Pelunasan
dengan pembayaran sebelum jatuh tempo.
Dalam
beberapa kasus, perusahaan melunasi hutang sebelum tanggal jatuh temponya.
Jumlah pembayaran dari pelunasan sebelum jatuh tempo, termasuk semua premi dan
beban untuk reakuisisi, disebut harga perolehan kembali (reakuisisi). Dalam
tanggal tertentu, nilai yang tercatat dalam obligasi adalah jumlah utang pada
saat jatuh tempo, disesuaikan untuk premi atau diskonto yang tidak
diamortisasi. selisih antara nilai tercatat bersih
melebihi harga perolehan kembali
merupakan keuntungan dari pelunasan. Sebaliknya, selisih antara harga perolehan
kembali melebihi nilai tercatat merupakan kerugian dari pelunasan. Pada saat
perolehan kembali, premi atau diskonto yang belum diamortisasi haru
diamortisasi pada tanggal reakuisisi.
2. Pelunasan
dengan pertukaran aset atau sekuritas
Selain menggunakan uang tunai, penyelesaian
kewajiban hutang juga dapat meliputi penyerahan asset non kas atau penerbitan
saham dari debitur. Dalam situasi tersebut, kreditor harus mencatat asset non
kas atau kepemilikan sahan yang diterima pada nilai wajarnya.
Debitur harus menentukan selisih lebih antara nilai
tercatat hutang dengan nilai wajar aktiva atau ekuitas ditransfer.
Debitur mengakui keuntungan sebesar jumlah selisih lebih. Selain itu, debitur
mengakui keuntungan atau kerugian dari perpindahan aset sejauh nilai wajar aset tersebut berbeda
dengan nilai buku dari asset tersebut.
3. Pelunasan
piutang dengan mengubah persyaratan
Pada
praktek kesehariannya, Wall Street Journal atau Financial Times memberitakan
tentang kesulitan keuangan perusahaan. Dalam situasi tersebut, kreditur mungkin
memberi kemudahan pada peminjam. Para kreditur menawarkan kelonggaran tersebut
untuk memastikan kemungkinan dari pengembalian utang. Sebagai contoh, kreditur
mungkin menawarkan salah satu atau kombinasi dari beberapa perubahan seperti
berikut :
1. Pengurangan
tingkat bunga pinjaman
2. Memperpanjang
masa jatuh tempo
3. Pengurangan
nilai utang
4. Pengurangan
atau pembatalan semua bunga akrual.
Pembiayaan di luar
laporan keuangan
Pembiayaan
di luar laporan keuangan merupakan langkah untuk meminjam uang sebagai cara
untuk menghindari pencatatan kewajiban. Ini merupakan persoalan yang sangat penting. Hasilnya,
setiap perusahaan yang menggunakan pembiayaan di luar laporan keuangan
menimbulkan resiko bahwa investor ‘membuang’ saham mereka. Akibatnya, harga
saham mereka akan jatuh.
Pembiayaan
di luar laporan keuangan memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1. Anak
perusahaan non-konsolidasi.
Berdasarkan IFRS, perusahaan induk
tidak harus mengkonsolidasi peruisahaan
anak jika kepemilikannya di bawah 50%. Dalam kasus seperti ini, perusahaan
induk kemudian tidak melaporkan asset dan liabiltas dari perusahaan anak. Yang
tercatat dalam laporan keuangan perusahaan induk adalah investasi dalam
perusahaan anak. Sehingga, pengguna laporan keuangan mungkin tidak mengetahui
bahwa perusahaan anak memiliki utang yang cukup besar yang
mungkin akan dipertanggngjawabkan oleh induk juka perusahaan anak memiliki
kesulitan keuangan.
2. Entitas
bertujuan khusus.
Perusahaan membuat entitas bertujuan
khusus untuk menjalankan proyek khusus.
3. Sewa
guna operasi (operating leases)
Cara lain perusahaan untuk menjaga utang
tetap di luar laporan posisi keuangan adalah menggunakan sewa guna
(leasing).dibanding memiliki asset, perusahaan memilih untuk menyewa-gunakannya.
Sehingga perusahaan hanya melaporkan beban sewa pada setiap periode dan
menyediakan catatan transaksi.
Alasan
Penggunaan Pembiayaan di luar Laporan Keuangan
Mengapa
perusahaan menggunakan pembiayaan di luar laporan keuangan? Alasan utama adalah
banyak yang percaya bahwa pengurangan utang memperbaiki kualitas dari laporan
posisi keuangan dan pengajuan kredit
akan diperoleh dengan mudah dan berbiaya rendah.
Kedua,
perjanjian pinjaman sering terbatasi oleh jumlah utang yang dimiliki perusahaan.
Sehingga, perusahaan menggunakan pembiayaan di luar laporan keuangan karena
pembiayaan tersebut tidak akan diperhitungkan dalam menentukan batas utang.
Ketiga,
beberapa pihak berpendapat bahwa sisi
aset dari laporan posisi keuangan seringkali dicatat understated. Sebagai contoh, perusahaan menyusutkan asset secara
dipercepat akan sering membuat nilai buku dari bangunan, tanah, dan peralatan
lebih rendah dari nilai wajarnya. Untuk mengimbangi nilai yang lebih rendah
tersebut, beberapa pihak berpendapat bahwa bagian dari utang tidak dilaporkan.
Dengan kata lain, jika perusahaan melaporkan asset dalam nilai wajarnya, pasti
akan ada tekana yang lebih rendah untuk melakukan pengaturan pembiayaan di luar
laporan keuangan.
Penyajian
dan Analisis
Penyajian
dari Liabilitas Non-Lancar
Perusahaan yang memiliki liabilitas
non-lancar dalam jumlah banyak sering melaporkan hanya dalam satu jumlah dalam
laporan posisi keuangan, yang didukung dengan catatan lain tentunya. Liabilitas
jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun harus dilaporkan sebagai
liabilitas lancar. Jika perusahaan berencana untuk membiayai kembali utangnya,
mengkonversi utang ke saham atau melunasinya dari obligasi dana pensiun,
perusahaan harus terus melaporkan utang sebagai liabilitas non-lancar jika
perjanjian pembiayaan kembali selesai pada akhir periode.
Analisis
dari Liabilitas Non-Lancar
Kreditur jangka panjang dan pemegang
saham tertarik pada solvabilitas jangka panjang perusahaan, terutama pada
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga yang dihasilkan utang atau obligasi
dan untuk membayar nilai yang tercatat pada utang saat jatuh tempo. Debt to
total asset dan times interest earned ratio merupakan dua rasio yang
menyediakan informasi mengenai kemampuan membayar utang dan solvabilitas jangka
panjang.
- Debt to total assets Ratio, mengukur persentasi dari total asset yang dihitung oleh kreditor. Rumus dari rasio ini adalah
Debt to total assets
= Total debt
Total assets
- Times interest earned ratio mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga ketika jatuh tempo pembayaran bunga. Rumus dari rasio ini adalah
Times Interest earned =
income before income taxes and interest expense
Interest expense
3.Liabilitas
Lancar
Menurut PSAK 1
Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai laibilitas jangka pendek jika:
(a) entitas
mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi
normalnya;
(b) entitas
memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
(c) liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan
dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan; atau
(d) entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk
menunda penyelesaian liabilitas selama sekurangkurangnya 12 bulan setelah
periode pelaporan. Entitas mengklasifikasi laibilitas yang tidak termasuk
kategori tersebut sebagai laibilitas jangka panjang.
Beberapa liabilitas jangka
pendek, seperti utang dagang, beberapa akrual untuk biaya karyawan dan biaya
operasi lainnya, merupakan bagian modal kerja yang digunakan dalam siklus
operasi normal. Entitas mengklasifikasikan liabilitas liabilitas tersebut
sebagai liabilitas jangka pendek meskipun liabilitas-liabilitas tersebut jatuh
tempo untuk diselesaikan lebih dari 12 bulan setelah periode pelaporan. Siklus
operasi normal yang sama diterapkan pada aset dan laibilitas entitas. Jika
tidak dapat diidentifikasi secara jelas, maka siklus operasi normal entitas
diasumsikan 12 bulan.
Menurut IFRS Kewajiban lancar dilaporkan jika satu dari dua
kondisi ini terjadi:
- Kewajiban yang diharapkan dengan perjanjian dalam siklus operasi ( tahun berjalan)
- Kewajiban yang diharapkan dengan perjanjian dalam 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Utang Usaha
Utang usaha atau utang dagang merupakan
saldo yang terutang kepada pihak lain atas barang, perlengkapan, atau jasa yang
dibeli dengan akun terbuka. Utang usaha timbul karena jangka waktu diantara
penerimaan jasa atau akuisisi hak aset dan pembayaran atasnya. Jangka waktu
penjualan ( contoh, 2/10, n/30, atai 1/10, E.O.M) biasanya adalah 30 hingga 60
hari.
Kebanyakan perusahaan mencatat kewajiban
atas pembelian barang ketika barang tersebut diterima. Jika hak telah beralih
ke pembeli sebelum barang diterima, maka transaksi itu harus dicatat pada saat
hak beralih ke pembeli.
Wesel Bayar
Wesel bayar adalah janji tertulis untuk
membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal tetentu di maa depan, dan
dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi lainnya. Beberapa
perusahaan wesel sering disebut sebagai wesel bayar dagang, sebagai bagian dari
transaksi penjualan/pembelian sebagai pengganti perluasan kredit yang normal
atau kredit lisan. Wesel dapat diklasifikasikan sebagai jangka pendek atau
jangka panjang tergantung dari jatuh tempo pembayaran. Wesel juga dapat
diklasifikasikan sebagai wesel dengan bunga dan tanpa bunga.
Jatuh Tempo Berjalan Hutang Jangka Panjang
Sebuah perusahaan tidak akan mencatat hutang jangka panjang yang
akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar, jika:
- Ditarik/dihapuskan oleh aset yang terakumulasi untuk tujuan tersebut yang secara layak tidak ditunjukkan sebagai aset lancar.
- Dibiayai, atau ditarik dari hasil penerbitan hutang baru
- Dikonversi menjadi saham biasa
Ketika hanya sebagian dari hutang jangka
panjang yang dibayar dalam 12 bulan ke depan, seperti halnya obligasi serial
yang ditarik menurut pembayaran tahunan, perusahaan melaporkan bagian jatuh
tempo dari hutang jangka panjang sebagai kewajiban lancar dan bagian sisanya
sebagai utang jangka panjang.
Akan tetapi, perusahaan
harus mengklasifikasikan sebagai utang lancar dimana jatuh tempo karena
permintaan ( dapat ditagih oleh kreditor) atau akan jatuh tempo atas permintaan
dalam jangka waktu satu tahun ( siklus operasi jika lebih lama
Kewajiban Jangka Pendek yang Diharapkan
untuk Didanai
Merupakan hutang yang
dijadwalkan akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal laporan
posisi keuangan perusahaan atau dalam siklus normal perusahaan. Beberapa
kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai kembali atas dasar jangka
panjang.Kewajiban jangka pendek tersebut, tidak memerlukanm penggunaan modal
kerja selama tahun berjalan ( atau siklus operasi).
Kriteria Pendanaan Kembali
Sebuah perusahaan harus mengeluarkan
kewajiban jangka pendek dari kewajiban lancar, jika kondisi dari 2 ini
terpenuhi:
1.
Perusahaan
harus memiliki rencana untuk mendanai kembali kewajiban atas dasar jangka
panjang.
2.
Perusahaan
harus memliki hak diluar ketentuan untuk menunda perjanjian kewajiban selama
paling lama 12 bulan setelah tanggal pelaporan
Pembayaran Uang Muka oleh Pelanggan dan Deposito
Kewajiban lancar termasuk deposito kas
yang dapat dikembalikan yang diterima dari pelanggan dan pegawai.Perusahaan
dapat menerima deposito dari pelanggan untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau
jasa atau sebagai jaminan untuk menutup pembayaran kewajban yang diharapkan di
masa depan. Sebagai contoh, perusahaan ABC sering mensyaratkan deposito pada
peralatan dimana pelanggan menggunakannya untuk mengkoneksiknnya dengan
internet untuk mengakses jasa lainnya.
Pendapatan Diterima Di Muka
Perusahaan mempertimbangkan sebuah akun sebagai pendapatan
diterima di muka yang diterima sebelum barang dikirimkan atau jasa dilakukan:
1.Ketika uang muka diterima, kas di debet, dan akun kewajiban
lancar yang mengindentifikasikan sumber pendapatan diterima di muka di kredit.
2. Ketika pendapatan diterima, pendapatan diterima di muka di
debet, dan akun pendapatan di kredit.
Utang Pajak Penjualan
Perusahaan retail, harus menagih pajak penjualan atau pajak
bernilai tambah dari peanggan pada transfer property pribadi dan jasa tertentu
serta harus diserahkan kepasa otoritas pemerintah yang tepat. Sebagai contoh,
Wal – Mart mengatur kewajiban untuk menjaga kepada penagihan pajak dari
pelanggan tetapi belum diserahkan kepada otoritas pajak. Utang pajak penjualan
seharusnya menggambarkan kewajiban untuk pajak penjualan yang terutang ke
berbagai lembaga pemerintahan.
Liabilitas untuk pajak kini dan tangguhan psak 46
Liabilitas (aset) pajak kini untuk periode kini dan periode sebelumnya
diukur sebesar jumlah yang diharapkan untuk dibayar (direstitusi) kepada
otoritas perpajakan, yang dihitung menggunakan tarif pajak (peraturan pajak)
yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada periode
pelaporan.
liabilitas pajak tangguhan harus diukur dengan
menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aset dipulihkan atau
liabilitas diselesaikan, yaitu dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang
telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada periode pelaporan.
liabilitas
pajak, baik yang bersifat kini maupun tangguhan, diukur dengan tarif pajak (dan
peraturan pajak) yang telah berlaku. Namun, apabila tarif pajak (dan peraturan
pajak) baru telah diumumkan oleh pemerintah, maka dapat dianggap bahwa tarif
(dan peraturan) tersebut telah secara substantif berlaku [walaupun berlakunya
tarif (dan peraturan) tersebut secara efektif mungkin saja masih beberapa bulan
sesudah pengumumannya]. Dalam hal tersebut aset dan kewajiban pajak harus
dihitung dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) baru yang telah diumumkan
berlaku.
Apabila tarif pajak yang berlaku berbeda untuk tingkat laba kena
pajak yang berbeda, maka aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan
tarif pajak rata-rata yang diharapkan terhadap laba kena pajak (rugi pajak)
pada periode dimana perbedaan temporer diharapkan terpulihkan.
Pengukuran aset dan
liabilitas pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi pajak yang sesuai dengan cara yang
diharapkan entitas, pada akhir periode pelaporan, untuk memulihkan atau
menyelesaikan jumlah tercatat aset dan liabilitas.
Cara entitas dalam
memulihkan (menyelesaikan) jumlah tercatat aset atau liabilitas dapat
mempengaruhi satu atau kedua hal berikut:
a.
tarif pajak
yang dapat diterapkan ketika entitas memulihkan (menyelesaikan) jumlah tercatat
aset (liabilitas); dan
b.
dasar pengenaan pajak aset (liabilitas).
Dalam
hal tersebut, entitas mengukur aset dan liabilitas pajak tangguhan dengan tarif
pajak dan dasar pengenaan pajak secara konsisten dengan ekspektasi entitas
dalam memulihkan atau menyelesaikan aset (liabilitas).
Utang Pajak Penghasilan
Setiap pajak penghasilan memiliki proporsi yang beragam terhadap
jumlah laba tahunan. Dengan menggunakan informasi dan nasehat yang tersedia dan
terbaik, perusahaan harus mempersiapkan SPT pajak penghasilan dan menghitung
hutang pajak pengahsilan yang dihasilkan dari operasi periode berjalan.
Kewajiban yang Berhubungan dengan Pegawai
Perusahaan juga melaporkan sebagai kewajiban lancar atas jumlah yang
terutang kepada pegawai untuk gaji atau upah pada akhir peridoe penghitungan.
Selain itu, mereka juga melaporkan sebagai kewajiban lancar pada item – item
yang berhubungan dengan kompensasi pegawai:
- Pemotongan gaji
- Absensi yang dikompensasi
- Bonus
4.Provisi
Provisi
adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti.
Provisi diakui jika:
(a) entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif)
sebagai akibat peristiwa masa lalu
(b) kemungkinan besar penyelesaian kewajiban
tersebut mengakibatkan arus keluar sumber
mengandung daya yang manfaat ekonomi; dan
(c) estimasi yang andal mengenai
jumlah kewajiban ter sebut dapat dibuat.
Jika
kondisi di atas tidak terpenuhi, maka kewajiban diestimasi tidak diakui.
Pertimbangan
bukti-bukti yang tersedia:
(a)
besar kemungkinannya bahwa kewajiban
kini telah ada pada akhir periode
pelaporan,entitas mengakui provisi (jika kriteria pengakuan terpenuhi);
dan
(b)
jika besar kemungkinan bahwa kewajiban
kini belum ada pada akhir periode pelaporan, entitas mengungkapkan kewajiban kontinjensi.
(c) Pengungkapan tidak diperlukan jika
kemungkinan arus keluar sumber daya kecil.
Pengungkapan
Untuk setiap jenis
provisi, entitas mengungkapkan:
(a) nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
(b) provisi tambahan yang dibuat dalam periode
bersangkutan, termasuk
peningkatan jumlah provisi yang ada;
(c) jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang
terjadi dan dibebankan pada provisi selama periode bersangkutan;
(d) jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan
selama periode bersangkutan; dan
(e) peningkatan, selama periode yang bersangkutan,
dalam nilai kini yang timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap
perubahan tingkat diskonto.
(PSAK no.57 par 84)
Perusahaan sering terlibat dalam situasi
dimana terjadi ketidakpastian mengenai apakah kewajiban untuk mentransfer kas
atau aset yang lain telah timbul dan/atau jumlah yang diminta untuk melunasi
kewajiban tersebut..
Keuntungan kontijensi adalah klaim atau hak
untuk menerima aset (atau memiliki kewajiban yang menurun) yang keberadaannya
tidak pasti tetapi pada akhirnya mungkin akan menjadi sah.
Jenis keuntungan kontijensi adalah:
- Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, dan lain sebagainya.
- Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak.
- Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan.
- Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan.
Kerugian kontijensi melibatkan kemungkinan
terjadinya kerugian. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian dari
kontijensi menurut definisinya disebut sebagai kewajiban kontinjen. Kewajiban
kontinjen bergantung pada terjadi atau tidaknya satu atau lebih kejadian di
masa depan untuk mengkonfirmasi jumlah hutang, pihak yang dibayar, tanggal
pembayaran, atau keberadaannya. Yaitu, satu atau lebih dari faktor-faktor
tersebut bergantung pada kontijensi.
Beberapa kerugian kontijensi yang lebih umum
adalah:
a.
Perkara
pengadilan, klaim, dan pengenaan.
b.
Biaya
jaminan dan garansi.
c.
Premi
dan kupon.
d.
Kewajiban
lingkungan.
Apabila terdapat kerugian kontijensi, maka
kemungkinan bahwa kejadian di masa depan akan menguatkan terjadinya kewajiban
dapat berkisar dari sangat mungkin hingga kurang mungkin. FASB menggunakan
istilah probable, reasonable probable ,dan remote untuk mengidentifikasi tiga
daerah dalam kisaran tersebut dan menetapkan artinya sebagai berikut:
i.
Probable (kemungkinan besar). Kejadian masa depan sangat mungkin
terjadi.
ii.
Reasonable Probable (cukup mungkin). Peluang kejadian masa depan
terjadi lebih besar daripada kemungkinan kecil tetapi lebih kecil dari mungkin.
iii.
Remote (kemungkinan kecil). Peluang kejadian masa depan terjadi
sangat kecil.
Perkara
pengadilan, klaim, dan pengenaan.
Untuk melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan
keuangan, penyebab perkara pengadilan harus terjadi pada atau sebelum tanggal
laporan keuangan. Tidak menjadi masalah apakah perusahaan tidak menyadari akan
keberadaan atau kemungkinan adanya tuntutan hukum atau klaim hingga setelah
tanggal laporan keuangan tetapi sebelum laporan itu diterbitkan. Faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan dalam penentuan apakah suatu kewajiban harus dicatat
berkenaan dengan perkara pengadilan yang ditunda dan yang mengancam serta klaim
dan pengenaan aktual atau yang mungkin:
i.
Periode waktu
dimana penyebab tindakan yang mendasari.
ii.
Probabilitas hasil
yang tidak menguntungkan.
iii.
Kemampuan untuk
membuat estimasi yang layak mengenai jumlah kerugian.
Biaya Garansi
dan Jaminan
Jaminan (garansi produk) adalah janji yang dibuat oleh
penjual terhadap pembeli untuk memperbaiki defisiensi kuantitas, kualitas, atau
kinerja suatu produk. Jaminan ini biasa dilakukan sebagai teknik promosi
penjualan dari perusahaan tersebut.
Jaminan dan garansi memerlukan biaya masa depan, yang
sering kali merupakan biaya tambahan masa depan yang signifikan, yang terkadang
disebut “biaya sesudah” atau “biaya purna jual”. Walaupun biaya masa depan
bersifat tidak pasti dalam hal jumlah, tanggal terjadinya, dan bahkan
pelanggannya, namun kewajiban adalah mungkin dalam banyak kasus dan harus
diakui dalam akun jika dapat diestimasi secara layak. Perusahaan menggunakan dua
metode dasar akuntansi untuk biaya jaminan: (1) metode dasar kas dan (2) metode
akrual.
Dasar kas
Menurut metode dasar kas, biaya jaminan dicatat sebagai
beban pada saat dikeluarkan. Dengan kata lain, biaya jaminan dibebankan ke
periode dimana penjual atau produsen menepati jaminan itu. Tidak ada kewajiban
yang dicatat untuk biaya masa depan yang berasal dari jaminan, dan periode saat
penjualan. Metode ini diwajibkan apabila kewajiban jaminan tidak diakrualkan
pada tahun penjualan karena tidak mungkin kewajiban telah terjadi, atau jumlah
kewajiban tidak dapat diestimasi.
Dasar akrual
Jika
mungkin bahwa pelanggan akan mengajukan klaim menurut jaminan yang berhubungan
dengan barang atau jasa yang telah dijual dan estimasi yang layak atas biaya
yang terlibat dapat dibuat, maka metode akrual harus digunakan. Metode ini
wajib digunakan apabila jaminan merupakan baigian integral dan tidak dapat
dipisahkan dari penjualan serta dipandang sebagai kerugian kontijensi.
Premi dan Kupon
Perusahaan
menawarkan premi, kupon, dan rabat ini diadakan untuk menstimulasi penjualan,
dan biayanya harus dicatat sebagai beban pada periode penjualan, dan memperoleh
manfaat dari rencana premi itu. Periode yang memperoleh manfaat tidak perlu
pada periode dimana perusahaan menawarkan premi. Pada akhir periode akuntansi,
banyak dari premi yang ditawarkan ini masih terus berlaku dan, jika diberikan
pada periode selanjutnya harus ditebus. Jumlah penawaran premi yang masih
berlaku yang ditawarkan untuk ditebus harus diestimasi untuk merefleksikan
kewajiban lancar yang ada dan untuk menandingkan biaya dengan pendapatan.
Penyajian Kontijensi
Perusahaan
mencatat kerugian kontijensi dan kewajiban jika kerugiannya adalah mungkin dan
dapat diestimasi. Akan tetapi, jika kerugiannya sangat mungkin atau dapat
diestimasi tetapi tidak keduanya, dan jika terdapat paling sedikit kemungkinan
yang layak bahwa suatu kewajiban telah terjadi, maka pengungkapan berikut
diperlukan dalam catatan sifat kontijensi, dan estimasi mengenai kemungkinan
kerugian atau rentang kerugian atau suatu pernyataan bahwa estimasi tidak dapat
dilakukan.
Beberapa
kewajiban kontinjen lain yang harus diungkapkan meskipun perusahaan kemungkinan
kerugiannya kecil adalah:
- Jaminan atas hutang pihak lain.
- Kewajiban bank komersial menurut “stand-by letters of credits.”
- Jaminan untuk membeli kembali piutang (atau properti lain yang berhubungan) yang telah dijual atau diberikan.
Pengungkapan
tersebut harus mencakup sifat dan jumlah jaminan serta jumlah yang dapat
dipulihkan dari pihak lain, jika dapat diestimasi.
Pengukuran
i. Estimasi
terbaik
Jumlah yang diakui
sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaikpengeluaran yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajibankini pada akhir periode pelaporan. (par 36)
ii. Risiko dan
Ketidakpastian
Jumlah yang diakui
sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaikpengeluaran yang diperlukanuntuk
menyelesaikan kewajibankini pada akhir periode pelaporan. (PSAK 57 par 42)
iii. Nilai Kini
Jika dampak nilai waktu
uang cukup material, maka jumlahprovisi adalah nilai kini dari perkiraan
pengeluaran yangdiperlukan untuk menyelesaikan kewajiban. (PSAK 57 par 45)
iv. Peristiwa Masa
Depan
Peristiwa masa depan
yang dapat mempengaruhi jumlah yangdiperlukan untuk menyelesaikan suatu
kewajiban harustercermin dalam jumlah provisi jika ada bukti obyektif
bahwaperistiwa itu akan terjadi. (PSAK 57 par 48)
6.Ekuitas
Ekuitas adalah kepetingan residu dalam
aset dari perusahaan setelah dikurangi semua liabilitas. Ekuitas sering mengacu
kepada ekuitas pemegang saham, shareholders
equity atau modal perseroan. Ekuitas disubklasifikasikan di laporan posisi
keuangan pada kategori berikut:
- Modal Saham
- Saham premium
- Laba ditahan
- Laba komprehensif yang terakumulasi ( AOCI )
- Saham treasuri
- Hak non- pengendali
Ekuitas pemegang saham,
nilainya mengacu kepada jumlah aset dan liabilitas perusahaan. Pada kasus
tertentu ekuitas perusahaan adalah jumlah dari total nilai wajar (fair value)
dari saham perusahaan tersebut. Sebagai contoh perusahaan A, mempunyai total
ekuitas 100 juta rupiah, dan kapitalisasi pasar 120 juta rupiah. Ekuitas
perusahaan A digambarkan sebagai kontribusi bersih dari shareholders (dari mayoritas dan minoritas shareholders) ditambah laba ditahan dan laba komprehensif yang
terkakumulasi).
Penerbitan Saham
Pada penerbitan saham,
perusahaan harus mengikuti prosedur berikut: pertama, saham harus diotorisasi
oleh negara bagian, kemudian saham ditawarkan untuk dijual dan dibuat kontrak
untuk menjual saham itu, lalu dana dikumpulkan dan saham diterbitkan. Masalah
akuntansi yang ada pada penerbitan saham akan dibahas pada topik berikut:
1.
Akuntansi
saham dengan nilai pari
2.
Akuntansi
saham tanpa nilai pari
3.
Akuntansi
untuk saham yang digabungkan dengan sekuritas lainnya (penjualan lump- sum)
4.
Akuntansi
untuk saham yang diterbitkan pada transaksi non – kas
5.
Akuntansi
untuk biaya penerbitan saham
Saham dengan nilai pari
Saham dengan nilai pari
tidak memiliki hubungan dengan nilai wajarnya. Saat ini nilai pari yang
berkaitan dengan penerbitan sebagian besar modal saham sangat rendah. Nilai
pari yang rendah membantu perusahaan menghindari kewajiban kontinjen yang
berjaitan dengan saham yang dijual dibawah nilai pari. Untuk memperlihatkan
informasi tentang penerbitan saham dengan nilai pari, akun harus dipertahankan
untuk masing – masing kelompok saham berikut:
1.
Saham
preferen atau saham biasa. Kedua akun ini mencerminkan nilai pari saham
perseroan yang diterbitkan. Akun ini dikredit ketika saham pertama kali
diterbitkan. Tidak ada ayat jurnal tambahan pada akun ini kecuali ada saham
tambahan yang diterbitkan atau ditarik.
2.
Saham
premium. Menunjukkan setiap kelebihan atas nilai pari yang disetor oleh
pemegang saham sebagai pengganti saham yang diterbitkan untuk mereka. Setelah
disetor, kelebihan atas nilai pari akan menjadi bagian dari tambahan modal disetor
perusahaan.
Saham Tanpa Nilai Pari
Banyak Negara mengizinksn penerbitan
modal saham tanpa nilai pari, disebut saham tanpa nilai pari (no-par stock).
Alasan untuk penerbitan saham tanpa nilai pari bersifat dua arah. Pertama,
penerbitan saham tanpa nilai pari menghindari kewajiban kontinjen yang mungkin
terjadi bila aham dengan nilai pari diterbitkan pada disagio. Kedua, masih ada
kerancuan dalam hubungan antara nilai pari dan nilai pasar wajar. Jika saham
tidak mempunyai nilai pari, maka perlakuan yang dapat dipertanyakan dalam
menggunakan nilai pari sebagai dasar untuk nilai wajar tidak akan muncul. Saham
tanpa nilai pari, seperti saham dengan nilai pari, dijual untuk berapapun
harganya yang akan diperoleh.
Saham yang Diterbitkan dengan Sekuritas Lainnya (Penjualan Lump
Sum)
Umumnya, perseroan menjual kelompok saham
yang terpisah satu sama lain. Alasannya, yaitu untuk menelusuri menelusuri
hasil relatif untuk setiap kelompok, da bahkan relatif untuk setiap lot dapat
diketahui. Kadangkala dua atau lebih kelompok sekuritas diterbitkan oleh
perusahaan untuk suatu pembayaran tunggal atau sekaligus (lump sump), pada saat
mengakuisisi perusahaan lain.
Saham yang Diterbitkan dalam transaksi Nonkas
Akuntansi untuk penerbitan saham atas
property atau jasa kadang-kadang menimbulkan masalah dalam penilaian. Aturan
umunya yaitu: Perusahaan seharusnya melaporkan penerbitan saham untuk jasa dan
properti selain kas pada nilai wajar dari barang dan jasa yang diterima,
kecuali nilai wajarnya tidak dapat diukur dengan handal, jika terjadi demikian
harus menggunakan nilai wajar pada saat penerbitan.
Reakuisisi Saham
Perusahaan sering membeli kembali sahamnya,dengan alasan sebagai
berikut:
- Untuk memenuhi distribusi pajak yang efisien dari kelebihan kas kepada pemegang saham. Tingkat pajak pada penjualan saham di perusahaan dari pemegang saham sering lebih rendah dari tingkat pajak yang biasa untuk banyak investor.
- Untuk menambah pendapatan per saham dan pengembalian atas ekuitas. Dengan mengurangi jumlah saham yang beredar dan ekuitas pemegang saham, rasio kinerja tertentu sering kali meningkat. Bagaimanapun, strategi untuk membesar-besarkan standar kinerja mungkin akan meningkatkan kinerja dalam jangka pendek, tetapi taktik ini tidak ada nilainya dalam jangka panjang.
- Untuk memenuhi saham dalam kontrak kompensasi pegawai atau bertemu dengan kebuthan merger yang potensial. Sebagai contoh, perusahaan A melaporkan bahwa sebagian dari pembeliannya atas satu juta lembar saham biasa akan digunakan untuk kontak opsi sahamkaryawan, Perusahaan lainnya membeli saham untuk keperluan akuisisi bisnis
- Untuk menghindari upaya pengambilalihan atau mengurangi jumalh pemegang saham. Dengan mengurangi jumlah lembar saham yang dipegang publik, pemilik sekarang dan manajemen dapat menghindari pihak luar untuk memperoleh kendali atas perusahaan atau pengaruh yang signifikan.
- Membentuk pasar bagi saham. Seperti yang dikatakan seorang eksekutif perusahaan, Perusahaa kami berusaha membentuk bursa saham. Dengan membeli saham di pasar modal, diciptakan suatu permintaan yang dapat menstabilkan harga saham, atau dalam kenyataanya, meningkatkan harga saham tersebut.
Setelah mereakuisisi saham, perusahaan
mungkin menghapus atau disimpan di bendahara untuk diterbitkan kembali. Jika
tidak dihapuskan, maka saham-saham itu disebut sebagai saham treasuri (treasury
shares). Secara teknis saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang telah
dibeli kembali setelah diterbitkan dan dibayar penuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar