29 Juli 2012

liabilitas


BAB 1
Pendahuluan
1.Latar Belakang
Liabilitas dan ekuitas merupakan perubahan istilah yang mengacu karena adanya konvergensi PSAK yang dulunya mengacu kepada GAAP (utang dan modal), sekarang sudah mengacu kepada IFRS, karena GAAP malah membawa krisis besar-besaran di Amerika, karena penggunaan historical cost-nya.
Kedua akun tersebut, merupakan komponen dari laporan posisi keuangan, yang dulu disebut neraca. Uang kas perusahaan tentu tidak selalu ada, atau bahkan tidak mencukupi jika harus terus menerus keluar melakukan aktivitas operasional. Liabilitas menunujukan adanya kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan, karena adanya manfaat yang diterima, baik sekarang ataupun baru diterima di masa depan. Namun bagi kreditor , jika liabilitas tersebut tidak tertagih, tentunya akan menimbulkan kredit macet, dan akan menghambat arus kas.
Ekuitas memperlihatkan kekuatan dari perusahaan, karena persamaan dari ekuitas yaitu seluruh aset dikurangi dengan liabilitas yang ada. Ekuitas sering mengarah kepada kepemilikan saham oleh investor, dengan adanya kepemilikan tersebut, investor dapat ikut berkontribusi dalam memajukan perusahaan tersebut. Dengan demikian, tak ayal perusahaan banyak membeli kembali saham yang telah diterbitkan, karena privasi dari perusahaan akan terbuka.
Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang cabang-cabang dari liabilitas dan ekuitas serta pengukuran dan pengakuannya, agar mahasiswa tak hanya mengerti dalam meng accrued  hutang dan menjurnal transaksi ekuitas, namun juga paham terhadap esensinya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami menyimpulkan adanya rumusan masalah sebagai berikut:
  1. Apa definisi dan penggolongan dari liabilitas?
  2. Apakah definisi ekuitas dan jenisnya?
  3. Bagaimana pengungkapan dan pengukran liabilitas dan ekuitas?

3.Tujuan Penelitian
1. Dapat memahami definisi dari liabilitas serta penggolongannya.
2. Dapat memahami definisi dari ekuitas serta jenisnya.
3. Dapat memahami pengungkapan dan pengukuran liabilitas dan ekuitas.















BAB 2
Pembahasan
1.Liabilitas
Sulit untuk mendefinisikan apa arti kewajiban. Sebagai contoh, apakah saham preferen merupakan suatu kewajiban atau klaim kepemilikan? Reaksi pertama adalah saham preferen sebagai adalah klaim kepemilikan,dan perusahaan harus melaporkannya bagian dari modal. Pada faktanya saham preferen mempunyai banyak unsur hutang. Penerbitnya ( dan dalam kasus pemegangnya) seringkali mempunyai hak untuk menarik saham pada periode waktu tertentu., membuat serupa dengan pelunasan pokok.
IASB  sebagai bagian kerangka konseptual  mendefinisikan kewajiban sebagai hutang sekarang perusahaan yang timbul dari kejadian masa lalu, dengan persetujuan dimana hasilnya akan berguna bagi perusahaan, dan dapat menjadi sumber daya perusahaan. Dengan kata lain, kewajiban mempunyai 3 karakterisitik yang esensial:
  1. Hutang sekarang/saat ini
  2. Timbul karena kejadian masa lalu
  3. Berupa hasil ( kas, barang, dan jasa)
Pengukuran awal
Dua kategori liabilitas keuangan
1) Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
2) Kewajiban lain
Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi adalah liabilitas keuangan yang memenuhi salah satu kondisi berikut ini:
Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan. Aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, yaitu jika:
                                      i.      diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat;
                                    ii.      pada pengakuan awal merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek (short term profit taking) yang terkini; atau
                                  iii.      merupakan derivatif (kecuali derivatif yang merupakan kontrak jaminan keuangan atau sebagai instrumen lindung nilai yang ditetapkan dan efektif).[1]
Liabilitas lain
Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau liabilitas keuangan, entitas mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau liabilitas keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas keuangan tersebut.


a.      Pengukuran Liabilitas Keuangan setelah Pengakuan Awal
Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh liabilitas keuangan pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, kecuali untuk:
                    i.     liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Liabilitas tersebut, termasuk derivatif yang diakui sebagai liabilitas, diukur pada nilai wajarnya, kecuali untuk derivatif liabilitas yang terkait dengan dan diselesaikan melalui penyerahan instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif seperti di atas dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, diukur pada biaya perolehan.
                  ii.     liabilitas keuangan yang timbul ketika sebuah transfer aset keuangan tidak memenuhi syarat penghentian pengakuan atau transfer yang dicatat menggunakan pendekatan keterlibatan berkelanjutan. paragraf 29 dan 31 diterapkan dalam pengukuran liabilitas keuangan tersebut.
                iii.     kontrak jaminan keuangan seperti didefinisikan pada paragraf 08. Setelah pengakuan awal, penerbit kontrak tersebut harus (kecuali paragraf 47(a) atau (b) berlaku) mengukur pada mana yang lebih tinggi antara:
a.        jumlah yang ditentukan sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi; dan
b.      jumlah pada saat pengakuan awal (lihat paragraf 43) dikurangi, apabila sesuai, amortisasi kumulatif yang diakui sesuai PSAK 23 (revisi 2010): Pendapatan.
        iv.      komitmen untuk menyediakan pinjaman dibawah suku bunga pasar. Setelah pengakuan awal, penerbit komitmen tersebut harus (kecuali paragraf 47(a) berlaku) mengukur pada mana yang lebih tinggi antara:
1.      jumlah yang ditentukan sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi; dan
2.      jumlah pada saat pengakuan awal (lihat paragraf 43) dikurangi, apabila sesuai, amortisasi kumulatif yang diakui sesuai PSAK 23 (revisi 2010): Pendapatan.[2]

2.Liabilitas tidak lancar
Liabilitas tidak lancar terdiri dari pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin di masa depan akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan, menurut mana yang lebih lama. Hutang obligasi, wesel bayar jangka panjang, hutang hipotik, kewajiban pensiun, dan kewajinan lease merupakan contoh-contoh kewajiban jangka panjang.
Hutang obligasi
a.                   Penerbitan obligasi
Obligasi yang timbul dari suatu kontrak dikenal sebagai indenutre obligasi dan merpakan janji untuk membayar:
i.        Sejumlah uang yang sudah ditetapkan pada tanggal jatuh tempo,
ii.                  Bunga periodik pada tingkat tertentu atas jumlah yang jatuh tempo  (nilai nominal)
b.                  Jenis dan peringkat obligasi
i.        Obligasi berjamin dan tanpa jaminan. Obligasi berjamin didukung oleh janji dari beberapa orang penjamin. Obligasi hipotik dijamin oleh klaim atas real estate. Obligasi perwalian kolateral dijamin oleh saham dan obligasi korporasi lain. Obligasi tanpa jaminan. Junk bond juga merupakan obligasi tanpa jaminan dan sangat beresiko , sehinga harus membayar suku bunga yang tinggi.
ii.      Obligasi berjangka, obligasi berseri, dan obligasi yang dapat ditebus. Terbitan obligasi yang jatuh tempo pada satu tanggal disebut obligasi berjangka, sementara terbitan yang jatuh tempo dengan serangkaian pembayaran angsuran disebut obligasi berseri. Obligasi yang dapat ditebus memberikan kepada penerbitnya hak untuk menebus dan menarik obligasi itu sebelum jatuh temponya.
iii.    Obligasi konvertibel, obligasi yang didukung komoditas, dan dengan diskonto besar. Jika obligasi dapat dikonversi menjadi sekuritas lain milik korporasi dalam jangka waktu tertentu setelah penerbitannya, maka obligasi ini disebut obligasi konvertibel. Obligasi yang didukung komoditas dapat ditebus dalam ukuran komoditas, seperti minyak dalam barel, batubara dalam ton, dan logam mulia dalam ons. Obligasi dengan diskonto besar dijual pada diskonto yang memberikan total pembayaran bunga pada saat jatuh tempo kepada pembelinya.
iv.    Obligasi terdaftar dan obligasi atas unjuk (kupon). Obligasi terdaftar adalah obligasi yang diterbitkan atas nama pemilik dan mensyaratkan penyerahan sertifikat serta penerbitan sertifikat baru untuk menyelesaikan penjualan. Obligasi atas unjuk atau kupon merupakan kebalikan dari obligasi terdaftar, yaitu tidak dicatat atas nama pemilik dan dapat ditransfer dari pemilik satu ke pemilik lainnya cukup dengan penyerahan.
v.      Obligasi laba dan obligasi pendapatan. Obligasi laba adalah obligasi yang membayar bunga hanya ketika perusahaan penerbitnya memperoleh laba. Obligasi pendapatan adalah obligasi yang membayar bunga dari sumber pendapatan tertentu.

Penilaian hutang obligasi
Harga jual obligasi ditetapkan oleh fenomena umum seperti penawaran dan permintaan dari pembeli serta penjual, risiko relatif, kondisi pasar, dan keadaan perekonomian. Masayarakat investasi menilai obligasi pada nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan, yang terdiri dari :
1.      Bunga
2.      Pokok
suku bunga yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari arus kas ini adalah suku bunga yang memberikan pengembalian atas investasi yang dapat diterima, yang sebanding dengan karakteristik risiko penerbitnya.
Obligasi yang diterbitkan pada nilai nominal
Apabila obligasi diterbitkan pada tanggal pembayaran bunga dengan nilai nominal, maka tidak ada bunga akrual dan diskonto atau premi yang diakui. Perusahaan dengan mudah mencatat hasil kas dan nilai nominal obligasi tersebut.
Obligasi yang diterbitkan dengan diskonto atau premi
Selisih antara nilai nominal dan nilai sekarang obligasi menetukan harga aktual yang dibayar pembeli untuk obligasi.  Jika obligasi dijual lebih rendah dari nilai nominalnya, maka obligasi tersebut dijual dengan diskonto, jika obligasi dijual lebih tinggi dari nominalnya, maka obligasi tersebut dijual dengan premi.
Suku bunga yang ditulis dalam persyaratan indenture obligasi dikenal sebagai suku bunga ditetapkan, kupon, atau nominal. Suku bunga ini yang ditetapkan oleh penerbit obligasi, dinyatakan sebagai presentase dari nilai nominal, yang disebut juga nilai pari, jumlah pokok, atau nilai jatuh tempo obligasi tersebut


Wesel bayar jangka panjang

Wesel bayar jangka panjang memiliki substansi yang sama seperti obligasi di mana keduanya mempunyai tanggal jatuh tempo yang tetap dan suku bunga yang ditetapkan atau implisit. Akan tetapi, wesel tidak dapat langsung dijual seperti obligasi obligasi di pasar sekuritas publik yang terorganisasi.

Akuntasnsi untuk wesel dan obligasi sangat mirip. Seperti obligasi, wesel juga dinilai pada nilai sekarang dari arus kas bunga dan pokok di masa depan, di mana setiap premi dan diskonto diamortisasi dengan cara yang sama selama umur wesel tersebut.
i.      Wesel diterbitkan pada nilai nominal
ii.    Wesel tidak diterbitkan pada nilai nominal


Wesel bayar dalam Situasi khusus
Apabila instrumen hutang dipertukarkan dengan properti, barang, atau jasa dalam satu transakasi pertukaran istimewa, maka suku bunga ditetapkan dianggap layak kecuali jika :
        i.      Tidak ada suku bunga yang ditetapkan
      ii.      Suku bunga yang ditetapkan tidak layak
    iii.      Jumlah nominal yang ditetapkan dari instrumen hutang itu secara material berbeda dengan harga jual tunai berjalan atas barang yang sama atau serupa atau dari nilai pasar berjalan instrmen hutang itu.
Dalam situasi ini, nilai sekarang dari instrumen hutang diukur menurut nilai wajar properti, barang, atau jasa atau menurut jumlah yang secara layak mendekati nilai wajar wesel itu. Jika tidak ada suku bunga yang ditetapkan, maka suku bunga adalah selisih antara nilai nominal wesel dan nilai wajar properti


Wesel bayar hipotik
Bentuk paling umum dari wesel bayar jangka panjang adalah wesel bayar hipotik. Wesel bayar hipotik adalah wesel promes yang dijamin dengan suatu dokumen yang disebut hipotik yang menggadaikan hak atas properti sebagai jaminan pinjaman. Wesel bayar hipotik lebih sering digunakan oleh perusahaan perorangan dan persekutuan dari pada korporasi.
Peminjam biasanya menerima kas dalam jumlah nominal wesel hipotik, di mana jumlah nominal wesel itu merupakan kewajiban yang sebenarnya dan tidak ada diskonto atau premi yang terlibat.
Permasalahan Khusus berkaitan dengan Liabilitas Non-lancar
Pelaporan liabilitas non-lancar merupakan salah satu daerah kontroversial dalam laporan keuangan. karena liabilitas non-lancar memiliki dampak signifikan pada arus kas dalam perusahaan, laporan disyaratkan untuk memenuhi aspek substantive dan informative. Terdapat empat permasalahan pelaporan yang berkaitan dengan liabilitas non-lancar, yaitu:

1.      Pelunasan liabilitas non-lancar
2.      Opsi nilai wajar
3.      Pembiayaan di luar laporan keuangan
4.      Penyajian dan analisis.

Pelunasan liabilitas non-lancar.
Jika perusahaan menahan obligasi hingga jatuh tempo, maka perusahaan tidak menghitung keuntungan atau kerugian. Hal itu akan menyebabkan premi atau diskonto dan biaya penerbitan obligasi sepenuhnya teramortisasi pada tanggal obligasi jatuh tempo. Hasilnya, nilai pari, nilai jatuh tempo, dan nilai wajar dari oblligasi adalah sama. Sehingga tidak ada keuntungan atau kerugian yang diperoleh. Kondisi inilah yang disebut Pelunasan Liabilitas Non-Lancar.

Terdapat tiga keadaan pelunasan hutang yang umum, yaitu:
1.      Pelunasan dengan kas sebelum jatuh tempo
2.      Pelunasan dengan mentransfer asset atau sekuritas
3.      Pelunasan dengan modifikasi persyaratan.

1.      Pelunasan dengan pembayaran sebelum jatuh tempo.

Dalam beberapa kasus, perusahaan melunasi hutang sebelum tanggal jatuh temponya. Jumlah pembayaran dari pelunasan sebelum jatuh tempo, termasuk semua premi dan beban untuk reakuisisi, disebut harga perolehan kembali (reakuisisi). Dalam tanggal tertentu, nilai yang tercatat dalam obligasi adalah jumlah utang pada saat jatuh tempo, disesuaikan untuk premi atau diskonto yang tidak diamortisasi. selisih antara nilai tercatat bersih melebihi harga perolehan kembali merupakan keuntungan dari pelunasan. Sebaliknya, selisih antara harga perolehan kembali melebihi nilai tercatat merupakan kerugian dari pelunasan. Pada saat perolehan kembali, premi atau diskonto yang belum diamortisasi haru diamortisasi pada tanggal reakuisisi.


2.      Pelunasan dengan pertukaran aset atau sekuritas

Selain menggunakan uang tunai, penyelesaian kewajiban hutang juga dapat meliputi penyerahan asset non kas atau penerbitan saham dari debitur. Dalam situasi tersebut, kreditor harus mencatat asset non kas atau kepemilikan sahan yang diterima pada nilai wajarnya.
      Debitur harus menentukan selisih lebih antara nilai tercatat hutang dengan nilai wajar aktiva atau ekuitas ditransfer. Debitur mengakui keuntungan sebesar jumlah selisih lebih. Selain itu, debitur mengakui keuntungan atau kerugian dari perpindahan aset sejauh nilai wajar aset tersebut berbeda dengan nilai buku dari asset tersebut.


3.      Pelunasan piutang dengan mengubah persyaratan

Pada praktek kesehariannya, Wall Street Journal atau Financial Times memberitakan tentang kesulitan keuangan perusahaan. Dalam situasi tersebut, kreditur mungkin memberi kemudahan pada peminjam. Para kreditur menawarkan kelonggaran tersebut untuk memastikan kemungkinan dari pengembalian utang. Sebagai contoh, kreditur mungkin menawarkan salah satu atau kombinasi dari beberapa perubahan seperti berikut :
1.      Pengurangan tingkat bunga pinjaman
2.      Memperpanjang masa jatuh tempo
3.      Pengurangan nilai utang
4.      Pengurangan atau pembatalan semua bunga akrual.

Pembiayaan di luar laporan keuangan

Pembiayaan di luar laporan keuangan merupakan langkah untuk meminjam uang sebagai cara untuk menghindari pencatatan kewajiban. Ini merupakan  persoalan yang sangat penting. Hasilnya, setiap perusahaan yang menggunakan pembiayaan di luar laporan keuangan menimbulkan resiko bahwa investor ‘membuang’ saham mereka. Akibatnya, harga saham mereka akan jatuh.
Pembiayaan di luar laporan keuangan memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1.      Anak perusahaan non-konsolidasi.
Berdasarkan IFRS, perusahaan induk tidak harus mengkonsolidasi  peruisahaan anak jika kepemilikannya di bawah 50%. Dalam kasus seperti ini, perusahaan induk kemudian tidak melaporkan asset dan liabiltas dari perusahaan anak. Yang tercatat dalam laporan keuangan perusahaan induk adalah investasi dalam perusahaan anak. Sehingga, pengguna laporan keuangan mungkin tidak mengetahui bahwa perusahaan anak memiliki utang yang cukup besar yang mungkin akan dipertanggngjawabkan oleh induk juka perusahaan anak memiliki kesulitan keuangan.

2.      Entitas bertujuan khusus.
Perusahaan membuat entitas bertujuan khusus untuk menjalankan proyek khusus.



3.      Sewa guna operasi (operating leases)
Cara lain perusahaan untuk menjaga utang tetap di luar laporan posisi keuangan adalah menggunakan sewa guna (leasing).dibanding memiliki asset, perusahaan memilih untuk menyewa-gunakannya. Sehingga perusahaan hanya melaporkan beban sewa pada setiap periode dan menyediakan catatan transaksi.


Alasan Penggunaan Pembiayaan di luar Laporan Keuangan

Mengapa perusahaan menggunakan pembiayaan di luar laporan keuangan? Alasan utama adalah banyak yang percaya bahwa pengurangan utang memperbaiki kualitas dari laporan posisi keuangan dan  pengajuan kredit akan diperoleh dengan mudah dan berbiaya rendah.

Kedua, perjanjian pinjaman sering terbatasi oleh jumlah utang yang dimiliki perusahaan. Sehingga, perusahaan menggunakan pembiayaan di luar laporan keuangan karena pembiayaan tersebut tidak akan diperhitungkan dalam menentukan batas utang.

Ketiga, beberapa pihak  berpendapat bahwa sisi aset dari laporan posisi keuangan seringkali dicatat understated. Sebagai contoh, perusahaan menyusutkan asset secara dipercepat akan sering membuat nilai buku dari bangunan, tanah, dan peralatan lebih rendah dari nilai wajarnya. Untuk mengimbangi nilai yang lebih rendah tersebut, beberapa pihak berpendapat bahwa bagian dari utang tidak dilaporkan. Dengan kata lain, jika perusahaan melaporkan asset dalam nilai wajarnya, pasti akan ada tekana yang lebih rendah untuk melakukan pengaturan pembiayaan di luar laporan keuangan.


Penyajian dan Analisis

Penyajian dari Liabilitas Non-Lancar
Perusahaan yang memiliki liabilitas non-lancar dalam jumlah banyak sering melaporkan hanya dalam satu jumlah dalam laporan posisi keuangan, yang didukung dengan catatan lain tentunya. Liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun harus dilaporkan sebagai liabilitas lancar. Jika perusahaan berencana untuk membiayai kembali utangnya, mengkonversi utang ke saham atau melunasinya dari obligasi dana pensiun, perusahaan harus terus melaporkan utang sebagai liabilitas non-lancar jika perjanjian pembiayaan kembali selesai pada akhir periode.
Analisis dari Liabilitas Non-Lancar
Kreditur jangka panjang dan pemegang saham tertarik pada solvabilitas jangka panjang perusahaan, terutama pada kemampuan perusahaan untuk membayar bunga yang dihasilkan utang atau obligasi dan untuk membayar nilai yang tercatat pada utang saat jatuh tempo. Debt to total asset dan times interest earned ratio merupakan dua rasio yang menyediakan informasi mengenai kemampuan membayar utang dan solvabilitas jangka panjang.

  1. Debt to total assets Ratio, mengukur persentasi dari total asset yang dihitung oleh kreditor. Rumus dari rasio ini adalah

Debt to total assets =   Total debt
                                    Total assets
  1. Times interest earned ratio mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga ketika jatuh tempo pembayaran bunga. Rumus dari rasio ini adalah


Times Interest earned = income before income taxes and interest expense
Interest expense

3.Liabilitas  Lancar
Menurut PSAK 1 Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai laibilitas jangka pendek jika:
(a) entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya;
(b) entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
(c)  liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan; atau
(d) entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurangkurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan. Entitas mengklasifikasi laibilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai laibilitas jangka panjang.

Beberapa liabilitas jangka pendek, seperti utang dagang, beberapa akrual untuk biaya karyawan dan biaya operasi lainnya, merupakan bagian modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal. Entitas mengklasifikasikan liabilitas liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek meskipun liabilitas-liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan lebih dari 12 bulan setelah periode pelaporan. Siklus operasi normal yang sama diterapkan pada aset dan laibilitas entitas. Jika tidak dapat diidentifikasi secara jelas, maka siklus operasi normal entitas diasumsikan 12 bulan.

Menurut IFRS Kewajiban lancar dilaporkan jika satu dari dua kondisi ini terjadi:
  1. Kewajiban yang diharapkan dengan perjanjian dalam siklus operasi ( tahun berjalan)
  2. Kewajiban yang diharapkan dengan perjanjian dalam 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Utang Usaha
Utang usaha atau utang dagang merupakan saldo yang terutang kepada pihak lain atas barang, perlengkapan, atau jasa yang dibeli dengan akun terbuka. Utang usaha timbul karena jangka waktu diantara penerimaan jasa atau akuisisi hak aset dan pembayaran atasnya. Jangka waktu penjualan ( contoh, 2/10, n/30, atai 1/10, E.O.M) biasanya adalah 30 hingga 60 hari.
Kebanyakan perusahaan mencatat kewajiban atas pembelian barang ketika barang tersebut diterima. Jika hak telah beralih ke pembeli sebelum barang diterima, maka transaksi itu harus dicatat pada saat hak beralih ke pembeli.

Wesel Bayar
Wesel bayar adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal tetentu di maa depan, dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi lainnya. Beberapa perusahaan wesel sering disebut sebagai wesel bayar dagang, sebagai bagian dari transaksi penjualan/pembelian sebagai pengganti perluasan kredit yang normal atau kredit lisan. Wesel dapat diklasifikasikan sebagai jangka pendek atau jangka panjang tergantung dari jatuh tempo pembayaran. Wesel juga dapat diklasifikasikan sebagai wesel dengan bunga dan tanpa bunga.

Jatuh Tempo Berjalan Hutang Jangka Panjang
Sebuah perusahaan tidak akan mencatat hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar, jika:
  1. Ditarik/dihapuskan oleh aset yang terakumulasi untuk tujuan tersebut yang secara layak tidak ditunjukkan sebagai aset lancar.
  2. Dibiayai, atau ditarik dari hasil penerbitan hutang baru
  3. Dikonversi menjadi saham biasa
Ketika hanya sebagian dari hutang jangka panjang yang dibayar dalam 12 bulan ke depan, seperti halnya obligasi serial yang ditarik menurut pembayaran tahunan, perusahaan melaporkan bagian jatuh tempo dari hutang jangka panjang sebagai kewajiban lancar dan bagian sisanya sebagai utang jangka panjang.
Akan tetapi, perusahaan harus mengklasifikasikan sebagai utang lancar dimana jatuh tempo karena permintaan ( dapat ditagih oleh kreditor) atau akan jatuh tempo atas permintaan dalam jangka waktu satu tahun ( siklus operasi jika lebih lama
Kewajiban Jangka Pendek yang Diharapkan untuk Didanai
Merupakan hutang yang dijadwalkan akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal laporan posisi keuangan perusahaan atau dalam siklus normal perusahaan. Beberapa kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai kembali atas dasar jangka panjang.Kewajiban jangka pendek tersebut, tidak memerlukanm penggunaan modal kerja selama tahun berjalan ( atau siklus operasi).
Kriteria Pendanaan Kembali
Sebuah perusahaan harus mengeluarkan kewajiban jangka pendek dari kewajiban lancar, jika kondisi dari 2 ini terpenuhi:
1.      Perusahaan harus memiliki rencana untuk mendanai kembali kewajiban atas dasar jangka panjang.
2.      Perusahaan harus memliki hak diluar ketentuan untuk menunda perjanjian kewajiban selama paling lama 12 bulan setelah tanggal pelaporan
Pembayaran Uang Muka oleh Pelanggan dan Deposito
Kewajiban lancar termasuk deposito kas yang dapat dikembalikan yang diterima dari pelanggan dan pegawai.Perusahaan dapat menerima deposito dari pelanggan untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau jasa atau sebagai jaminan untuk menutup pembayaran kewajban yang diharapkan di masa depan. Sebagai contoh, perusahaan ABC sering mensyaratkan deposito pada peralatan dimana pelanggan menggunakannya untuk mengkoneksiknnya dengan internet untuk mengakses jasa lainnya.

Pendapatan Diterima Di Muka
Perusahaan mempertimbangkan sebuah akun sebagai pendapatan diterima di muka yang diterima sebelum barang dikirimkan atau jasa dilakukan:
1.Ketika uang muka diterima, kas di debet, dan akun kewajiban lancar yang mengindentifikasikan sumber pendapatan diterima di muka di kredit.
2. Ketika pendapatan diterima, pendapatan diterima di muka di debet, dan akun pendapatan di kredit.
Utang Pajak Penjualan
Perusahaan retail, harus menagih pajak penjualan atau pajak bernilai tambah dari peanggan pada transfer property pribadi dan jasa tertentu serta harus diserahkan kepasa otoritas pemerintah yang tepat. Sebagai contoh, Wal – Mart mengatur kewajiban untuk menjaga kepada penagihan pajak dari pelanggan tetapi belum diserahkan kepada otoritas pajak. Utang pajak penjualan seharusnya menggambarkan kewajiban untuk pajak penjualan yang terutang ke berbagai lembaga pemerintahan.
Liabilitas untuk pajak kini dan tangguhan psak 46
           Liabilitas (aset) pajak kini untuk periode kini dan periode sebelumnya diukur sebesar jumlah yang diharapkan untuk dibayar (direstitusi) kepada otoritas perpajakan, yang dihitung menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada periode pelaporan.
     liabilitas pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan, yaitu dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada periode pelaporan.
     liabilitas pajak, baik yang bersifat kini maupun tangguhan, diukur dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku. Namun, apabila tarif pajak (dan peraturan pajak) baru telah diumumkan oleh pemerintah, maka dapat dianggap bahwa tarif (dan peraturan) tersebut telah secara substantif berlaku [walaupun berlakunya tarif (dan peraturan) tersebut secara efektif mungkin saja masih beberapa bulan sesudah pengumumannya]. Dalam hal tersebut aset dan kewajiban pajak harus dihitung dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) baru yang telah diumumkan berlaku.
     Apabila tarif pajak yang berlaku berbeda untuk tingkat laba kena pajak yang berbeda, maka aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan tarif pajak rata-rata yang diharapkan terhadap laba kena pajak (rugi pajak) pada periode dimana perbedaan temporer diharapkan terpulihkan.
Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi pajak yang sesuai dengan cara yang diharapkan entitas, pada akhir periode pelaporan, untuk memulihkan atau menyelesaikan jumlah tercatat aset dan liabilitas.
Cara entitas dalam memulihkan (menyelesaikan) jumlah tercatat aset atau liabilitas dapat mempengaruhi satu atau kedua hal berikut:
a.       tarif pajak yang dapat diterapkan ketika entitas memulihkan (menyelesaikan) jumlah tercatat aset (liabilitas); dan
b.       dasar pengenaan pajak aset (liabilitas).
     Dalam hal tersebut, entitas mengukur aset dan liabilitas pajak tangguhan dengan tarif pajak dan dasar pengenaan pajak secara konsisten dengan ekspektasi entitas dalam memulihkan atau menyelesaikan aset (liabilitas).
Utang Pajak Penghasilan
Setiap pajak penghasilan memiliki proporsi yang beragam terhadap jumlah laba tahunan. Dengan menggunakan informasi dan nasehat yang tersedia dan terbaik, perusahaan harus mempersiapkan SPT pajak penghasilan dan menghitung hutang pajak pengahsilan yang dihasilkan dari operasi periode berjalan.
Kewajiban yang Berhubungan dengan Pegawai
Perusahaan juga melaporkan sebagai kewajiban lancar atas jumlah yang terutang kepada pegawai untuk gaji atau upah pada akhir peridoe penghitungan. Selain itu, mereka juga melaporkan sebagai kewajiban lancar pada item – item yang berhubungan dengan kompensasi pegawai:
  1. Pemotongan gaji
  2. Absensi yang dikompensasi
  3. Bonus
4.Provisi

Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti.

Provisi diakui jika:
(a)   entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu
(b)   kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber mengandung daya yang manfaat ekonomi; dan
(c) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban ter sebut dapat dibuat.

Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka kewajiban diestimasi tidak diakui.

Pertimbangan bukti-bukti yang tersedia:
(a) besar kemungkinannya bahwa kewajiban kini telah ada pada akhir periode pelaporan,entitas mengakui provisi (jika kriteria pengakuan terpenuhi); dan
(b) jika besar kemungkinan bahwa kewajiban kini belum ada pada akhir periode pelaporan, entitas mengungkapkan kewajiban kontinjensi.
(c) Pengungkapan tidak diperlukan jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil.




Pengungkapan

Untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan:

(a)   nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
(b)   provisi tambahan yang dibuat dalam periode
bersangkutan, termasuk peningkatan jumlah provisi yang ada;
(c)   jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi selama periode bersangkutan;
(d) jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan; dan
(e)   peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.
(PSAK no.57 par 84)


5.Kontijensi
Perusahaan sering terlibat dalam situasi dimana terjadi ketidakpastian mengenai apakah kewajiban untuk mentransfer kas atau aset yang lain telah timbul dan/atau jumlah yang diminta untuk melunasi kewajiban tersebut..
Keuntungan kontijensi adalah klaim atau hak untuk menerima aset (atau memiliki kewajiban yang menurun) yang keberadaannya tidak pasti tetapi pada akhirnya mungkin akan menjadi sah.
Jenis keuntungan kontijensi adalah:
  1. Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, dan lain sebagainya.
  2. Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak.
  3. Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan.
  4. Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan.
Kerugian kontijensi melibatkan kemungkinan terjadinya kerugian. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian dari kontijensi menurut definisinya disebut sebagai kewajiban kontinjen. Kewajiban kontinjen bergantung pada terjadi atau tidaknya satu atau lebih kejadian di masa depan untuk mengkonfirmasi jumlah hutang, pihak yang dibayar, tanggal pembayaran, atau keberadaannya. Yaitu, satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut bergantung pada kontijensi.
Beberapa kerugian kontijensi yang lebih umum adalah:
a.       Perkara pengadilan, klaim, dan pengenaan.
b.      Biaya jaminan dan garansi.
c.       Premi dan kupon.
d.      Kewajiban lingkungan.
Apabila terdapat kerugian kontijensi, maka kemungkinan bahwa kejadian di masa depan akan menguatkan terjadinya kewajiban dapat berkisar dari sangat mungkin hingga kurang mungkin. FASB menggunakan istilah probable, reasonable probable ,dan remote untuk mengidentifikasi tiga daerah dalam kisaran tersebut dan menetapkan artinya sebagai berikut:
i.                    Probable (kemungkinan besar). Kejadian masa depan sangat mungkin terjadi.
ii.      Reasonable Probable (cukup mungkin). Peluang kejadian masa depan terjadi lebih besar daripada kemungkinan kecil tetapi lebih kecil dari mungkin.
iii.    Remote (kemungkinan kecil). Peluang kejadian masa depan terjadi sangat kecil.
Perkara pengadilan, klaim, dan pengenaan.
Untuk melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan keuangan, penyebab perkara pengadilan harus terjadi pada atau sebelum tanggal laporan keuangan. Tidak menjadi masalah apakah perusahaan tidak menyadari akan keberadaan atau kemungkinan adanya tuntutan hukum atau klaim hingga setelah tanggal laporan keuangan tetapi sebelum laporan itu diterbitkan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan apakah suatu kewajiban harus dicatat berkenaan dengan perkara pengadilan yang ditunda dan yang mengancam serta klaim dan pengenaan aktual atau yang mungkin:
i.                    Periode waktu dimana penyebab tindakan yang mendasari.
ii.                  Probabilitas hasil yang tidak menguntungkan.
iii.                Kemampuan untuk membuat estimasi yang layak mengenai jumlah kerugian.
Biaya Garansi dan Jaminan
Jaminan (garansi produk) adalah janji yang dibuat oleh penjual terhadap pembeli untuk memperbaiki defisiensi kuantitas, kualitas, atau kinerja suatu produk. Jaminan ini biasa dilakukan sebagai teknik promosi penjualan dari perusahaan tersebut.
Jaminan dan garansi memerlukan biaya masa depan, yang sering kali merupakan biaya tambahan masa depan yang signifikan, yang terkadang disebut “biaya sesudah” atau “biaya purna jual”. Walaupun biaya masa depan bersifat tidak pasti dalam hal jumlah, tanggal terjadinya, dan bahkan pelanggannya, namun kewajiban adalah mungkin dalam banyak kasus dan harus diakui dalam akun jika dapat diestimasi secara layak. Perusahaan menggunakan dua metode dasar akuntansi untuk biaya jaminan: (1) metode dasar kas dan (2) metode akrual.
Dasar kas
Menurut metode dasar kas, biaya jaminan dicatat sebagai beban pada saat dikeluarkan. Dengan kata lain, biaya jaminan dibebankan ke periode dimana penjual atau produsen menepati jaminan itu. Tidak ada kewajiban yang dicatat untuk biaya masa depan yang berasal dari jaminan, dan periode saat penjualan. Metode ini diwajibkan apabila kewajiban jaminan tidak diakrualkan pada tahun penjualan karena tidak mungkin kewajiban telah terjadi, atau jumlah kewajiban tidak dapat diestimasi.
Dasar akrual
Jika mungkin bahwa pelanggan akan mengajukan klaim menurut jaminan yang berhubungan dengan barang atau jasa yang telah dijual dan estimasi yang layak atas biaya yang terlibat dapat dibuat, maka metode akrual harus digunakan. Metode ini wajib digunakan apabila jaminan merupakan baigian integral dan tidak dapat dipisahkan dari penjualan serta dipandang sebagai kerugian kontijensi.
Premi dan Kupon
Perusahaan menawarkan premi, kupon, dan rabat ini diadakan untuk menstimulasi penjualan, dan biayanya harus dicatat sebagai beban pada periode penjualan, dan memperoleh manfaat dari rencana premi itu. Periode yang memperoleh manfaat tidak perlu pada periode dimana perusahaan menawarkan premi. Pada akhir periode akuntansi, banyak dari premi yang ditawarkan ini masih terus berlaku dan, jika diberikan pada periode selanjutnya harus ditebus. Jumlah penawaran premi yang masih berlaku yang ditawarkan untuk ditebus harus diestimasi untuk merefleksikan kewajiban lancar yang ada dan untuk menandingkan biaya dengan pendapatan.
Penyajian Kontijensi
Perusahaan mencatat kerugian kontijensi dan kewajiban jika kerugiannya adalah mungkin dan dapat diestimasi. Akan tetapi, jika kerugiannya sangat mungkin atau dapat diestimasi tetapi tidak keduanya, dan jika terdapat paling sedikit kemungkinan yang layak bahwa suatu kewajiban telah terjadi, maka pengungkapan berikut diperlukan dalam catatan sifat kontijensi, dan estimasi mengenai kemungkinan kerugian atau rentang kerugian atau suatu pernyataan bahwa estimasi tidak dapat dilakukan.
Beberapa kewajiban kontinjen lain yang harus diungkapkan meskipun perusahaan kemungkinan kerugiannya kecil adalah:
  1. Jaminan atas hutang pihak lain.
  2. Kewajiban bank komersial menurut “stand-by letters of credits.”
  3. Jaminan untuk membeli kembali piutang (atau properti lain yang berhubungan) yang telah dijual atau diberikan.
Pengungkapan tersebut harus mencakup sifat dan jumlah jaminan serta jumlah yang dapat dipulihkan dari pihak lain, jika dapat diestimasi.
Pengukuran
i. Estimasi terbaik
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaikpengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajibankini pada akhir periode pelaporan. (par 36)

ii. Risiko dan Ketidakpastian
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaikpengeluaran yang diperlukanuntuk menyelesaikan kewajibankini pada akhir periode pelaporan. (PSAK 57 par 42)

iii. Nilai Kini
Jika dampak nilai waktu uang cukup material, maka jumlahprovisi adalah nilai kini dari perkiraan pengeluaran yangdiperlukan untuk menyelesaikan kewajiban. (PSAK 57 par 45)

iv. Peristiwa Masa Depan
Peristiwa masa depan yang dapat mempengaruhi jumlah yangdiperlukan untuk menyelesaikan suatu kewajiban harustercermin dalam jumlah provisi jika ada bukti obyektif bahwaperistiwa itu akan terjadi. (PSAK 57 par 48)


6.Ekuitas
Ekuitas adalah kepetingan residu dalam aset dari perusahaan setelah dikurangi semua liabilitas. Ekuitas sering mengacu kepada ekuitas pemegang saham, shareholders equity atau modal perseroan. Ekuitas disubklasifikasikan di laporan posisi keuangan pada kategori berikut:
  1. Modal Saham
  2. Saham premium
  3. Laba ditahan
  4. Laba komprehensif yang terakumulasi ( AOCI )
  5. Saham treasuri
  6. Hak non- pengendali
Ekuitas pemegang saham, nilainya mengacu kepada jumlah aset dan liabilitas perusahaan. Pada kasus tertentu ekuitas perusahaan adalah jumlah dari total nilai wajar (fair value) dari saham perusahaan tersebut. Sebagai contoh perusahaan A, mempunyai total ekuitas 100 juta rupiah, dan kapitalisasi pasar 120 juta rupiah. Ekuitas perusahaan A digambarkan sebagai kontribusi bersih dari shareholders (dari mayoritas dan minoritas shareholders) ditambah laba ditahan dan laba komprehensif yang terkakumulasi).

Penerbitan Saham
Pada penerbitan saham, perusahaan harus mengikuti prosedur berikut: pertama, saham harus diotorisasi oleh negara bagian, kemudian saham ditawarkan untuk dijual dan dibuat kontrak untuk menjual saham itu, lalu dana dikumpulkan dan saham diterbitkan. Masalah akuntansi yang ada pada penerbitan saham akan dibahas pada topik berikut:
1.      Akuntansi saham dengan nilai pari
2.      Akuntansi saham tanpa nilai pari
3.      Akuntansi untuk saham yang digabungkan dengan sekuritas lainnya (penjualan lump- sum)
4.      Akuntansi untuk saham yang diterbitkan pada transaksi non – kas
5.      Akuntansi untuk biaya penerbitan saham
Saham dengan nilai pari
Saham dengan nilai pari tidak memiliki hubungan dengan nilai wajarnya. Saat ini nilai pari yang berkaitan dengan penerbitan sebagian besar modal saham sangat rendah. Nilai pari yang rendah membantu perusahaan menghindari kewajiban kontinjen yang berjaitan dengan saham yang dijual dibawah nilai pari. Untuk memperlihatkan informasi tentang penerbitan saham dengan nilai pari, akun harus dipertahankan untuk masing – masing kelompok saham berikut:
1.      Saham preferen atau saham biasa. Kedua akun ini mencerminkan nilai pari saham perseroan yang diterbitkan. Akun ini dikredit ketika saham pertama kali diterbitkan. Tidak ada ayat jurnal tambahan pada akun ini kecuali ada saham tambahan yang diterbitkan atau ditarik.
2.      Saham premium. Menunjukkan setiap kelebihan atas nilai pari yang disetor oleh pemegang saham sebagai pengganti saham yang diterbitkan untuk mereka. Setelah disetor, kelebihan atas nilai pari akan menjadi bagian dari tambahan modal disetor perusahaan.
Saham Tanpa Nilai Pari
Banyak Negara mengizinksn penerbitan modal saham tanpa nilai pari, disebut saham tanpa nilai pari (no-par stock). Alasan untuk penerbitan saham tanpa nilai pari bersifat dua arah. Pertama, penerbitan saham tanpa nilai pari menghindari kewajiban kontinjen yang mungkin terjadi bila aham dengan nilai pari diterbitkan pada disagio. Kedua, masih ada kerancuan dalam hubungan antara nilai pari dan nilai pasar wajar. Jika saham tidak mempunyai nilai pari, maka perlakuan yang dapat dipertanyakan dalam menggunakan nilai pari sebagai dasar untuk nilai wajar tidak akan muncul. Saham tanpa nilai pari, seperti saham dengan nilai pari, dijual untuk berapapun harganya yang akan diperoleh.
Saham yang Diterbitkan dengan Sekuritas Lainnya (Penjualan Lump Sum)
Umumnya, perseroan menjual kelompok saham yang terpisah satu sama lain. Alasannya, yaitu untuk menelusuri menelusuri hasil relatif untuk setiap kelompok, da bahkan relatif untuk setiap lot dapat diketahui. Kadangkala dua atau lebih kelompok sekuritas diterbitkan oleh perusahaan untuk suatu pembayaran tunggal atau sekaligus (lump sump), pada saat mengakuisisi perusahaan lain.
Saham yang Diterbitkan dalam transaksi Nonkas
Akuntansi untuk penerbitan saham atas property atau jasa kadang-kadang menimbulkan masalah dalam penilaian. Aturan umunya yaitu: Perusahaan seharusnya melaporkan penerbitan saham untuk jasa dan properti selain kas pada nilai wajar dari barang dan jasa yang diterima, kecuali nilai wajarnya tidak dapat diukur dengan handal, jika terjadi demikian harus menggunakan nilai wajar pada saat penerbitan.
Reakuisisi Saham
Perusahaan sering membeli kembali sahamnya,dengan alasan sebagai berikut:
  1. Untuk memenuhi distribusi pajak yang efisien dari kelebihan kas kepada pemegang saham. Tingkat pajak pada penjualan saham di perusahaan dari pemegang saham sering lebih rendah dari tingkat pajak yang biasa untuk banyak investor.
  2. Untuk menambah pendapatan per saham dan pengembalian atas ekuitas. Dengan mengurangi jumlah saham yang beredar dan ekuitas pemegang saham, rasio kinerja tertentu sering kali meningkat. Bagaimanapun, strategi untuk membesar-besarkan standar kinerja mungkin akan meningkatkan kinerja dalam jangka pendek, tetapi taktik ini tidak ada nilainya dalam jangka panjang.
  3. Untuk memenuhi saham dalam kontrak kompensasi pegawai atau bertemu dengan kebuthan merger yang potensial. Sebagai contoh, perusahaan A melaporkan bahwa sebagian dari pembeliannya atas satu juta lembar saham biasa akan digunakan untuk kontak opsi sahamkaryawan, Perusahaan lainnya membeli saham untuk keperluan akuisisi bisnis
  4. Untuk menghindari upaya pengambilalihan atau mengurangi jumalh pemegang saham. Dengan mengurangi jumlah lembar saham yang dipegang publik, pemilik sekarang dan manajemen dapat menghindari pihak luar untuk memperoleh kendali atas perusahaan atau pengaruh yang signifikan.
  5. Membentuk pasar bagi saham. Seperti yang dikatakan seorang eksekutif perusahaan, Perusahaa kami berusaha membentuk bursa saham. Dengan membeli saham di pasar modal, diciptakan suatu permintaan yang dapat menstabilkan harga saham, atau dalam kenyataanya, meningkatkan harga saham tersebut.
Setelah mereakuisisi saham, perusahaan mungkin menghapus atau disimpan di bendahara untuk diterbitkan kembali. Jika tidak dihapuskan, maka saham-saham itu disebut sebagai saham treasuri (treasury shares). Secara teknis saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang telah dibeli kembali setelah diterbitkan dan dibayar penuh.

Tidak ada komentar: